Oleh: Muhammad Agus Saputra, S.Pd*
Oerban.com — Di tengah tantangan hidup umat akhir zaman, dakwah menjadi pilar utama untuk menjaga keseimbangan peradaban.
Dakwah bukanlah sekadar aktivitas segelintir ustaz di mimbar, melainkan tanggung jawab kolektif seluruh umat Islam, apapun profesinya pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, pedagang, bahkan ibu rumah tangga.
Dakwah adalah denyut nadi umat ini. Jika ia terhenti, tunggulah kehancuran.
Pesan ini menguat dalam satu sesi pengajian yang membahas pentingnya peran setiap individu dalam membangun gerakan dakwah. “Apapun profesi kita, kita adalah dai. Dakwah bukan opsi, ia kewajiban.”
Namun, untuk mewujudkan dakwah dalam realitas kehidupan, setiap individu harus memiliki empat sifat utama:
1. Iradah Qowiyah – kemauan yang kuat, yang tak tercemari rasa malas atau lemah.
2. Wafa’ tsabit – kesetiaan yang kokoh, bersih dari sifat kenifakan, pengkhianatan, dan niat ganda.
3. Tadhhiyah ‘Azizah – pengorbanan yang besar, yang berani melepaskan kenyamanan demi perjuangan.
4. Iman Bil Mabada’ – keyakinan terhadap prinsip dan ideologi perjuangan dakwah.
Dakwah, dalam sejarahnya dibayar mahal oleh para sahabat. Sumayyah menjadi syahidah pertama karena perjuangannya untuk dakwah dan tak mau meninggalkan imannya.
Bilal bin Rabah dihimpit batu besar di padang pasir karena istiqomah pada kalimat tauhid. Ini bukan sekadar cerita, tapi teladan pengorbanan dan kesetiaan dalam barisan dakwah.
Dalam konteks gerakan dakwah modern, pembinaan dalam wujud mentoring Islam, dan pelatihan semestinya tak berhenti di tataran agenda dan formalitas.
Mesti jelas arah gerakannya: apa tujuan dari setiap kegiatan, apa visi besar yang hendak dibentuk. Tanpa keyakinan terhadap prinsip dan arah, gerakan akan kehilangan ruhnya.
Dakwah di akhir zaman bukan sekadar bicara, ia butuh gerak, butuh jiwa-jiwa yang kuat, setia, siap berkorban, dan yakin pada janji Allah bahwa Islam akan kembali berjaya, islam akan menjadi Ustaziatul alam.
Maka selama masih ada yang berdakwah, harapan umat ini masih ada. Islam akan tetap bangkit dengan atau tanpamu. Semuanya tergantung kita, apakah kita akan hanya menjadi penonton alias menjadi orang yang duduk-duduk saja.
Atau apakah kita mau jadi pemain utama penentu kemenangan. Mari jadi bagian dari barisan kemenangan dakwah.
*Penulis merupakan Da’i Kota Jambi