email : oerban.com@gmail.com

31.4 C
Jambi City
Tuesday, May 20, 2025
- Advertisement -

Kampus Sunyi, Birokrasi Riang: Seruan Bangkitnya Demokrasi Mahasiswa di Unbari

Populer

Oleh: Muhammad Ferdiansyah*

Oerban.com — Di tengah semangat demokrasi nasional yang terus didengungkan sebagai fondasi utama kehidupan berbangsa, situasi ironis justru terjadi di jantung pendidikan tinggi—Universitas Batanghari (Unbari). Kampus yang pernah dikenal sebagai ruang dinamis pergerakan mahasiswa kini menghadapi kondisi mengkhawatirkan: ketiadaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), simbol utama kehidupan demokrasi kampus.

Ketiadaan BEM bukan hanya masalah administratif. Ini mencerminkan matinya sistem demokrasi internal yang seharusnya menjadi ruang edukasi politik bagi mahasiswa.

Tanpa BEM, suara mahasiswa kehilangan representasi formal, kontrol terhadap kebijakan kampus melemah, dan partisipasi kolektif nyaris tak berjejak. Demokrasi kampus sekarat, dan jika dibiarkan, bisa mati total.

Baca juga  PERLUKAH KAMPANYE POSITIF SAWIT MASUK BIROKRASI

Lebih jauh, kondisi ini diduga menguntungkan sebagian pihak di internal birokrasi kampus. Tanpa BEM, tidak ada protes, tidak ada desakan transparansi, dan tidak ada advokasi terhadap isu-isu krusial seperti fasilitas, kurikulum, atau konflik akademik.

Mahasiswa diposisikan sebatas peserta akademik pasif—belajar, ujian, lalu lulus, tanpa diberi ruang untuk tumbuh sebagai aktor perubahan sosial.

Unbari, sebagai salah satu kampus tertua di Jambi, menghadapi pertanyaan mendasar: apakah akan tercatat sebagai institusi yang gagal menghidupkan semangat demokrasi?

Apakah mahasiswa Unbari akan dikenang sebagai generasi yang kehilangan pengalaman politik karena tak pernah mengenal pemilu kampus, debat kandidat, atau gerakan kolektif?

Baca juga  TUNTASKAN REFORMASI DEMI TEGAKNYA NEGARA DEMOKRASI YANG ANTI KORUPSI

Situasi ini adalah gejala dari krisis sistemik. Ketiadaan BEM adalah tanda bahaya yang tidak boleh diabaikan.

Mahasiswa Unbari perlu bersatu untuk merebut kembali ruang demokrasi, menghidupkan kembali BEM, dan membangun kembali budaya politik kampus yang sehat, kritis, dan berdaya.

Demokrasi kampus adalah refleksi dari kualitas demokrasi bangsa. Jika cermin ini pecah di Batanghari, retaknya bisa menjalar ke tempat lain.

Mahasiswa tak bisa diam. Saatnya bersuara, sebab diam adalah bentuk persetujuan terhadap kematian demokrasi itu sendiri.

Terpinggirkan, maka melawan. Sebab penguasa tak berkawan. Ketika otoritas membentuk ruang, maka pemberontakan adalah jalan Tuhan.

*Penulis merupakan Mahasiswa Hukum Unbari

Baca juga  Restorasi Tatanan Demokrasi Kampus: Hak Mahasiswa yang Diabaikan oleh Rektor UNJA dan Upaya Konkret Menyelamatkan Mahasiswa Baru
- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru