Kemudian statement tersebut di pertegas dengan menyatakan bahwa serangan tersebut adalah sebuah serangan Teroris dan salah satu hari tergelap di New Zealand. Tadi malam, kota-kota di New Zealand memadamkan lampu sejenak sebagai ucapan bela sungkawa dan berduka terhadap peristiwa ini.
“Prime Minister Jacinda Ardern described it as a terrorist attack and one of New Zealand’s “darkest days”.(BBC News 15/03)
Senada dengan itu Perdana Menteri Australia sebagai tetangga terdekat New Zealand menyatakan bahwa pelaku penyerangan adalah seorang ekstrimis akitivis teroris sayap kanan australia
“Australian Prime Minister Scott Morrison described the man as an “extremist, right-wing” terrorist” (BBC News 16/03)
Seluruh pemimpin tinggi di daratan Eropa juga mengutuk keras aksi keji tersebut, pemimpin tinggi negara-negara muslim mengucapkan bela sungkawa dan mengutuk keras aksi terror di New Zealand. Pernyataan berbeda hanya di lontarkan oleh seorang senator senior partai sayap kanan Australia., yang mengatakan bahwa pertumpahan darah tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah pengungsi muslim di karenakan program new Zealand yang memperbolehkan pengungsi muslim fanatic masuk ke negara tersebut.
“The real cause of bloodshed on New Zealand streets today is the immigration program which allowed Muslim fanatics to migrate to New Zealand in the first place.(MSN News 15/03)
Penduduk New Zealand meski memiliki sejarah dan prilaku yang mengarah ke rasisme, tapi sungguh tidak terlalu perduli dengan isu terorisme global, jika di tanya tentang masalah ini mereka cenderung mengalihkan pembicaraan. Karena mereka sudah terbiasa hidup dalam suasana damai. Isu-isu Islam sebagai teroris justru di kembangkan oleh para pendatang dari Asia termasuk Indonesia serta negara-negara muslim lainnya.
Peristiwa ini akan membuka mata dunia dan akan mengubah paradigma terorisme yang sudah kadung tersemat pada islam, jarang sekali pemimpin di dunia satu suara soal definisi terorisme. Tindakan ini begitu bar-bar dan di luar batas nalar manusia serta menempatkan muslim sebagai korban. Semua terjadi di negara yang aman, bukan konflik seperti Rohingnya, Palestina, ataupun Syria.
Selalu ada hikmah di balik musibah. Wallohu’alam
* Penulis adalah Anggota KA KAMMI Provinsi Jambi, tinggal di New Zealand