email : [email protected]

24.8 C
Jambi City
Selasa, April 16, 2024
- Advertisement -

PARADOKS JOKOWI : IMPIAN PROLETAR DAN JALAN SUTRA BARU

Populer

Sederhana sebagai perwujudan kaum proletar

Antitesa dari kaum borjuis, pejabat korup yang suka bermewah-mewah adalah kaum proletary, petani dan miskin. Itu tidak bisa di pungkiri sudah dan sedang di giring opininya oleh mereka yang menganut paham pertarungan antar kelas. Mungkin secara eksplisit tulisan ini tidak menuduh Jokowi penganut teori ini, bahkan paham akan teori ini saja penulis meragukan hal itu. Karena riwayat organisasi beliau sewaktu masih Mahasiswa tidak ada yang bersinggungan dengan teori ini. Karena, tidak dapat di pungkiri masa mahasiswa lah yang banyak membentuk Ideologi yang mendasari langkah kedepan seorang pemimpin, apalagi level negara. Akan tetapi kita tentu tidak bisa menafikan orang-orang di sekitar Jokowi tentang ideologi ini, peran Budiman Sujatmiko, Adian anpitupulu misalnya dan di tambah yang lainnya tentu sangat penting.

Istilah kaum proletar sendiri berasal dari Bahasa latin proles dan menggunakan kata ini untuk mendefinisikan kelas sosial terendah, orang miskin, sederhana atau anti borjuisasi. Sampai Karl Marx mengangkat kelompok ini menjadi kelas pekerja dalam ideologi marxisme. Teori pertentangan antar kelas yang di usung oleh Marxisme adalah mempertentangkan kelas penguasa (Tuan tanah dan pemilik modal) dalam hal ini negara dengan kelas bawah yakni kaum proletar.

Pada masa-masa awal mencalonkan diri jadi presiden, ide-ide pertentangan kelas ini lah yang di angkat pihak Jokowi kepermukaan. Dimana Negara yang korup telah menguasai banyak sumber ekonomi rakyat sehingga rakyat di miskinkan oleh negara yang borjouis. Jokowi mengambil peran sebagai Tokoh revolusioner yang berpihak pada kelas proletary. Oleh karena itu jargon-jargon seperti revolusi mental, Kerja-kerja-kerja, dan Jokowi adalah kita serta sederhana seolah mewakili mimpi kaum proletar untuk bisa bangkit melawan kelas penguasa.

Baca juga  Presiden Jokowi: Pemekaran Wilayah di Papua untuk Pemerataan Pembangunan

Saat ini ketika Jokowi dalam pihak penguasa dan dalam proses pencalonan diri kembali sebagai presiden RI, seharusnya ide-ide pertentangan kelas itu tidak lagi digunakan oleh petahana. Namun, pada kenyataannya ide ini masih di gunakan dan di lancarkan sebagai sistem kampanye pihak mereka. Di karenakan,pertama: kegagalan petahana menjual program yang telah di gulirkan di karenakan tidak menyentuh hajat hidup masyarakat luas.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru