email : [email protected]

24.6 C
Jambi City
Senin, April 29, 2024
- Advertisement -

Penyuluh Pertanian: Move or Die

Populer

Oleh: Hendri Yandri*

Oerban.com – Era digital memberikan dua pilihan bagi penyuluh pertanian, move (bergerak) atau die (diam dan mati). Move dalam arti menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada, khususnya perkembangan digital, atau tetap bertahan dengan kondisi yang ada kemudian menyerah dari perkembangan tersebut.

Pilihan itu kembali pada penyuluh, sebab tiada paksaan dalam pekerjaan. Namun satu yang pasti bahwa perubahan adalah satu yang akan terus terjadi, terutama sejak ditemukannya teknologi nirkabel dan jaringan internet tahun 1960 yang lalu, arus globalisasi menjadi tak terbendung. Hal ini menyebabkan semakin terbukanya informasi dan interaksi antar bangsa yang secara sadar menimbulkan perubahan perilaku masyarakat.

Akibat dari jaringan internet ini membuat pola interaksi masyarakat lebih terbuka dan dengan sangat mudah mengkopi paste budaya dari negara lain. Di samping itu juga informasi menjadi lebih mudah untuk diakses dan diperoleh dalam jangka waktu yang sangat singkat, kapan pun dan di mana pun, setiap orang dapat menyaksikan setiap kejadian dan peristiwa sepanjang memiliki jaringan internet.

Medio 90-an, akses informasi ini masih terbatas di kota-kota besar yang fasilitas internetnya sudah tersedia. Memasuki tahun 2000, akses internet dibuka seluas-luasnya oleh pemerintah dengan memberikan ruang kepada pihak swasta mengembangkan provider sendiri, sehingga persaingan antar provider layanan internet makin membuka kesempatan yang luas pada masyarakat untuk berselancar di dunia maya.

Baca juga: Era Baru Penyuluhan Pertanian

Data statistik yang dikeluarkan oleh Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan sebanyak 215,63 juta orang sebagai pengguna internet di Indonesia pada tahun 2023. Jumlah tersebut meningkat 2,67% dibandingkan pada periode sebelumnya yang sebanyak 210,03 juta pengguna. Data ini menunjukkan betapa semakin terbukanya ruang interaksi masyarakat meskipun tidak pernah bertatap muka.

Di awal tahun 2004, Mark Zuckerberg membuat situs jejaring sosial bernama Facebook. Situs ini memberikan layanan sosial bagi siapa saja yang ingin membangun jejaring pertemanan. Tidak hanya sampai di situ saja, Zuckerberg terus melakukan penetrasi dengan mengambil beberapa ikon jejaring sosial lainnya seperti Instagram dan terakhir WhatsApp. Inilah era baru yang menjadi penanda dimulainya sebuah komunitas masyarakat tanpa sekat geografis yang memungkinkan siapa pun untuk berinteraksi sesuai dengan privasi masing-masing. Era ini juga memberi tanda bahwa telah lahir sebuah komunitas masyarakat baru yang lebih eksklusif disebabkan semakin kurangnya interaksi secara langsung atau fisik.

Di era baru ini, tantangan dunia pertanian semakin komplek yang tentu saja akan berimbas pada penyuluhan pertanian. Petani atau masyarakat pertanian secara umum akan lebih tertarik dengan informasi yang mereka butuhkan bisa didapatkan kapan saja dan di mana saja. Kecepatan akses informasi dan teknologi tersebut tentu saja akan memutus satu mata rantai peran penyuluh pertanian yakni, penggunaan media penyuluhan pertanian. Bagi penyuluh yang sigap dan mampu menangkap sinyalemen ini tentu akan lebih prepare. Akan tetapi bagi penyuluh yang masih bertahan dengan paradigma lama, maka lambat laun akan ditinggalkan oleh petani. Karena sejatinya naluri manusia pasti ingin yang “cepat saji”.

Baca juga  Simon Sirene Sau, Milenial Sukses dari Tanah Papua

Budaya instan adalah budaya dari generasi milenial, karena segala fasilitas untuk memperoleh apa saja yang mereka inginkan tersedia dengan mudahnya. Fasilitas utama adalah akses internet, kemudahan dalam mendapatkan gadget, fasilitas premium dari provider yang mampu menyediakan kecepatan bandwidth di atas gigabyte. Belum lagi makin menjamurnya penyedia informasi baik yang bersifat edukasi ataupun yang sifatnya entertainment.

Munculnya game-game berbayar yang bisa menghasilkan uang juga memicu generasi milenial untuk selalu update akan teknologi gaming sehingga mereka sudah bisa memprediksi pundi-pundi kekayaan yang akan mereka dapatkan saat bermain game. Tidak sampai di situ saja, layanan audio visual berupa situs Youtube dan yang sejenis telah melahirkan milioner baru dari usaha record video yang mereka lakukan. Hasilnya pun tidak tanggung-tanggung, banyak orang yang menjadi kaya gara-gara meng-upload video yang menarik sehingga dilihat lebih dari jutaan warganet. Atta Halilintar misalnya, mampu meraup milyaran rupiah perbulan dari unggahan video yang ditayangkan melalui channel YouTube miliknya.

Kini, telah lahir jutaan youtuber dengan beragam konten menarik tentunya dengan pengharapan akan mendapatkan uang dari usahanya menjadi seorang youtuber. Tantangan demi tantangan seperti inilah yang akan dihadapi oleh para penyuluh dan dunia penyuluhan secara massif. Oleh sebab itu diperlukan kemampuan untuk beradaptasi agar tidak ditinggalkan oleh petani dan masyarakat pertanian.

Tantangan ini memerlukan prasyarat bagi seorang penyuluh. Pertama, mesti menjadi gamers penyuluh harus menjadi pemain itu sendiri, penyuluh tidak boleh asing dan menjadi terasing dengan kontestasi arus teknologi yang makin gila. Syarat ini memerlukan setidaknya dua variabel, pertama mesti melakukan reorientasi atas peran, variable kedua adalah prakondisi.

Reorientasi atas peran penyuluh bukan berarti menghilangkan peran penyuluhan, akan tetapi yang mesti direorientasi adalah wisdomnya penyuluh. Bahwa era ini adalah era digitalisasi, di mana hampir semua hal akan dihubungkan dalam satu sistem yang terkoneksi dengan internet. Wisdom penyuluh pertanian mesti berorientasi pada dunia digital. Artinya, pekerjaan penyuluhan yang dilakukan setiap hari harus tersambung dengan internet dan mesti dipublikasikan melalui akun, baik akun resmi instansi atau akun pribadi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pekerjaan yang telah dilakukan di lapangan. Dengan begitu setiap orang akan dengan mudah mengakses dan memonitor kinerja penyuluh sehingga prasangka sebagian masyarakat yang menganggap penyuluh tidak bekerja dapat diantisipasi sedini mungkin. Itulah kenapa wisdom atau cara pandang penyuluh terhadap tugasnya harus dikaitkan dengan digitalisasi pekerjaan melalui internet.

Variabel kedua adalah reorientasi prakondisi, pada kondisi saat ini masih saja ditemukan adanya penyuluh yang gagap akan teknologi terutama generasi x atau generasi 80an. Hal tersebut sangatlah lumrah karena kecepatan kemajuan teknologi terutama pada dunia elektronik membuat sebagian generasi ini tidak mampu beradaptasi, kalaupun mampu biasanya terlambat dalam hal adu kecepatan dengan kemajuan teknologi itu sendiri. Dan tidak menutup juga memang masih ada yang sama sekali buta akan kemajuan dunia elektronik ini, sehingga ada istilah, “kami tak mungkin lagi mengikuti teknologi itu, apalagi sebentar lagi mau pensiun”. Dari prasyarat pertama di atas tentu belum cukup bagi seorang penyuluh untuk bisa survive dengan kondisi sekarang, sehingga seorang penyuluh harus membuat main mapping dalam menghadapi era ini.

Prasyarat berikutnya dan tidak kalah penting adalah kemampuan menjadi seorang konten kreator. Istilah konten kreator ini memang lebih banyak ditemukan pada dunia digital marketing ataupun dunia konten kreator yang ada di situs Youtube. Bagi seorang penyuluh, menjadi seorang konten creator adalah hal yang inheren dengan pekerjaan penyuluhan sehari-hari. Karena sebelum melakukan penyuluhan, seorang penyuluh harus membuat lembar persiapan menyuluh (LPM). Dalam LPM akan tergambar konten yang akan disampaikan saat penyuluhan, itulah salah satu muatan konten kreator.

Baca juga  Peroleh Penghargaan dari Kementan, P4S Karya Tani Makin Termotivasi

Akan tetapi, guna beradaptasi dengan situasi era 4.0 ini, maka seorang penyuluh betul-betul dituntut agar mampu membaca zeits gase (arus zaman), artinya seorang penyuluh mesti mampu membaca ke mana arah dunia pertanian saat ini dan ke depan, serta bagaimana perilaku petani saat ini dan akan datang. Membaca arah zaman ini seperti menyiapkan senjata perang dan segala kemungkinan yang akan terjadi, itulah kemampuan yang perlu diasah oleh penyuluh di lapangan.

Dengan dua prasyarat ini yakni menjadi seorang gamers dan menjadi seorang konten kreator akan menjadikan penyuluh sebagai generasi emas zaman ini. Karena pertemuan dua kutub perubahan yaitu perubahan perilaku masyarakat dan perubahan teknologi yang demikian cepat akan menempa seorang penyuluh untuk menjadi “the winners”.

Masa emas penyuluh pertanian ini sangat didukung oleh beberapa faktor yaitu bonus demografi, kemudahan akses teknologi informasi, dan digitalisasi pertanian sebagai embrio lahirnya nano teknologi yang 100% mengandalkan remote control pada era industri 5.0. Teknologi yang sedang digarap oleh beberapa negara seperti Jepang misalnya, telah memudahkan petani di sana untuk mengelola lahan pertanian miliknya tanpa perlu bersusah payah kelapangan, hanya dengan satu klik, maka semua alat mesin pertanian akan bekerja sesuai dengan kegunaan alat masing-masing dan sesuai juga dengan pemrograman yang telah diatur sebelumnya.

Tidak sampai di situ saja, kini nano teknologi juga sedang menuju munculnya arus transportasi nirkabel, istilah yang cukup populer di kalangan pengembang berupa “teleportasi” yaitu suatu model pemindahan benda melalui ruang dan waktu tanpa perantara benda padat. Kajian-kajian dan penelitian terus dikembangkan agar teknologi ini segera terwujud dan pastinya sangat membantu aktivitas serta lalu lintas barang jasa ke depannya. Belum lagi model virtual yang dikembangkan berupa hologram, di mana seorang cukup melakukan presentasi pembelajaran ataupun presentasi tugas dan pemaparan prakaryanya dengan model 4 dimensi, di mana pemrakarya dapat seolah-olah hadir di ruang pertemuan dengan bantuan mirror screen, sehingga presentasi menjadi lebih hidup.

Teknologi tersebut memang sedang dalam proses, baik dalam skala riset terbatas atau sudah pada tahap uji produk. Namun demikian mestinya sebagai generasi emas penyuluh pertanian sudah bisa memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Berbekal prediksi tersebut seorang penyuluh akan lebih siap menghadapi masa full teknologi di berbagai bidang khususnya bidang pertanian. Menjadi generasi emas bukanlah suatu prestise apabila nihil prestasi, setidaknya itulah yang akan dialami oleh penyuluh pertanian, kini dan masa depan.

Penyuluh sebagai direct change sekaligus trend setter. Berdasarkan kompleksitas masalah serta peluang yang bisa diperankan oleh penyuluh pertanian, maka sudah sewajarnya penyuluh menjadi seorang direct change (pengarah perubahan). Setelah sebelumnya mampu membaca arah zaman, maka tugas berikutnya adalah mengambil peran sebagai pengarah perubahan. Pepatah Jawa cukup menjadi guiden bagi penyuluh pertanian, “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tutwuri handayani”. Pepatah ini menyimbolkan akan peran penyuluh sebagai direct change tersebut. Karena memang penyuluh adalah teladan bukan telatan, penyuluh adalah aktor yang melakoni bukan dilakoni, dan penyuluh adalah pendorong memberikan inspirasi bagi petani agar mau berubah kearah yang lebih baik dan bukan perongrong.

Pengarah perubahan yang dimaksud juga menjadi motivator dalam bidang pertanian khususnya spesialisasi yang dimiliki oleh penyuluh dan itulah kegiatan sehari-hari para penyuluh di lapangan, yakni memberikan cahaya, suluh dan penerang di tengah gelapnya gemerlap dunia. Menjadi pengarah perubahan tentunya harus dimulai dari diri sendiri, dimulai dari yang kecil dan sederhana serta dimulai dari sekarang.

Baca juga  Pertahankan Kekayaan Genetik Padi Lokal, Kelompok Tani Semangat Tani Lakukan Panen Pemurnian Benih

Ungkapan ini pernah disampaikan oleh Aa’ Gym. Artinya memulai dari diri sendiri akan memudahkan pekerjaan menyuluh, sebab sudah ada contoh yang telah dikerjakan oleh penyuluh. Misalnya dalam pelaksanaan tanam padi jajar legowo. Meskipun sudah menjadi pengetahuan umum, tapi masih saja ada beberapa petani yang belum menerapkan pola tanam dengan sistem jajar legowo ini. Maka, penyuluh harus berinisiatif untuk melakukan penanaman padi dengan pola ini, sehingga ketika telah berhasil maka bisa dipastikan para petani akan mulai mengikuti pola tanam tersebut.

Memulai dari yang kecil atau sederhana, artinya seorang penyuluh mestilah pintar bersiasat dalam arti positif. Di mana kegiatan penyuluhan akan betul-betul mudah dilaksanakan jika dimulai dari hal-hal yang kecil. Contohnya program ketahanan pangan, maka langkah sederhana yang dapat dilakukan oleh penyuluh adalah memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanami tanaman sayuran, buah ataupun toga baik di pekarangan ataupun dengan memanfaatkan polybag, botol-botol bekas sebagai media untuk tempat penanaman, dengan demikian akan mampu menjaga ketersediaan pangan keluarga berupa sayuran, buah ataupun juga obat-obatan herbal yang diperlukan oleh keluarga. Sepintas sangat sederhana dan mudah, namun apabila tidak dilakukan maka program ketahanan pangan keluarga tidak akan pernah bisa terwujud.

Kemudian lakukan dari sekarang, artinya jangan menunda-nunda sebuah pekerjaan. Mesti dilakukan sesegera mungkin, sebab tugas yang lain sudah menunggu tanpa ada toleransi. Dalam hal ini ada sebuah insight seorang motivator, “kewajiban yang ada jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia”. Penyuluh pertanian: move or die, itulah pilihannya.

*Penulis adalah Widyaiswara Ahli Madya Kementerian Pertanian

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru