email : [email protected]

26.9 C
Jambi City
Kamis, Mei 2, 2024
- Advertisement -

Pertanian Blue Smart untuk Ketahanan Pangan Masyarakat Kota

Populer

Oleh: Hendri Yandri*

Oerban.com – Pertanian Blue Smart adalah konsep pertanian yang mengedepankan keseimbangan alam, kualitas produk, kelestarian lingkungan, pemenuhan gizi keluarga dan menekan laju inflasi di kota. Konsep ini dimaksudkan bagi pertanian di tengah kota yang punya banyak keterbatasan, utamanya lahan.

Selain itu, pertanian Blue Smart menghendaki perubahan jangka panjang dalam proses budidaya pertanian di perkotaan dengan tujuan menjaga kebersihan, mengurangi polusi udara, menekan penggunaan pupuk sintetik dan yang tak kalah penting adalah meningkatnya kesehatan masyarakat. Model pertanian ini sangat cocok bagi masyarakat kota karena simpel, murah, dan friendly serta dapat ditunjang dengan teknologi yang smart.

Masyarakat kota identik dengan masyarakat modern yang serba cepat, serba smart, serba konsumtif dan bahkan serba instan. Hal itu wajar karena tuntutan kehidupan mendorong mereka bekerja secara efisien, bekerja dalam waktu yang singkat sehingga tidak sempat untuk melakukan pekerjaan rumah.

Baca juga: Post Modernisme Widyaiswara | OERBAN.COM

Kondisi itu diperparah dengan kemacetan, polusi udara, dan biaya hidup yang mahal. Akibatnya tidak sedikit masyarakat kota yang depresif, dan bagi mereka yang tidak bisa survive lebih memilih mengakhiri hidupnya.

Berbanding terbalik dengan mereka yang bisa survive justru cenderung menghabiskan waktu akhir pekannya bersama keluarga di rumah, tempat hiburan, atau menuju pusat-pusat wisata. Semua itu dilakukan untuk menenangkan diri dari hiruk pikuk dan beban pekerjaan ala masyarakat kota.

Fakta tersebut bisa dibaca sebagai inner needed masyarakat kota yang ingin lingkungan asri, udara bersih dan alami. Lingkungan itu sebetulnya bisa diciptakan oleh masyarakat kota sendiri dengan mengembangkan konsep pertanian Blue Smart dan menjadi model pertanian kota atau sebagai kebijakan pemerintah kota dalam menata kelola lingkungan perkotaan.

Kota yang asri, indah, udara sejuk adalah tujuan dari pertanian Blue Smart. Pemanfaatan tanah yang masih kosong, ruang terbuka hijau, lingkungan RT/RW, dinding pagar, atau deck rumah dan bangunan dapat dijadikan tempat budidaya pertanian di tengah kota.

Baca juga: Transformasi Pertanian Modern, Petani Masa Kini Wajib Terapkan Smart Farming | OERBAN.COM

Selama ini pengelolaan tata ruang dan tata wilayah lebih cenderung pada konsep ruang terbuka hijau saja, di mana ruang tersebut dimanfaatkan sebagai taman yang dipenuhi dengan tanaman hijau penyerap polusi udara. Padahal jika dikawinkan dengan konsep pertanian Blue Smart maka lebih menarik serta bernilai guna, sebab selain menciptakan suasana yang asri, hijau, dan adanya pohon pelindung yang mampu menyerap karbon dioksida, pertanian Blue Smart juga mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga warga atau setidaknya mengurangi biaya konsumsi rumah tangga masyarakat kota.

Baca juga  Kementan Siap Laksanakan Pelatihan Kewirausahaan Bagi DPM/DPA

Tingkat konsumsi rumah tangga secara umum cukup signifikan, rilis data statistik baru-baru ini menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga naik menjadi 53,31% dari PDB pada kuartal II 2023. Angka ini menegaskan bahwa konsumsi rumah tangga menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi namun di sisi lain konsumsi masyarakat terutama pada komoditas pangan (beras), bawang merah, bawang putih dan cabai justru menjadi penyumbang tingkat inflasi.

Tingginya tingkat konsumsi masyarakat termasuk di kota berpengaruh terhadap harga dan ketersediaan barang di pasar sehingga lazimnya memunculkan spekulasi harga sampai ke konsumen. Ketersediaan empat komoditi itu tergantung rantai pasok dari produsen, jika tidak mengalami kendala maka masyarakat kota aman, namun jika terdapat kendala dalam rantai pasok maka berpengaruh terhadap ketersediaan barang konsumsi masyarakat kota.

Langkanya komoditi beras, cabe merah, bawang merah, bawang putih dan sayuran menyebabkan harganya melambung tinggi hal ini membuat barang-barang lain pun juga ikut naik dan dipastikan terjadi inflasi. Tingginya angka inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah akan sangat terpukul.

Juni 2023 lalu, inflasi tertinggi terjadi di Kota Manokwari sekitar 5,26%. Guna menekan laju inflasi, pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan pasokan pangan di antaranya melalui penguatan cadangan pangan pemerintah khususnya beras. Penyaluran beras medium melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) terus dilaksanakan.

Lebih lanjut, dalam rangka menjaga daya beli masyarakat miskin dan rentan, bantuan pangan beras kembali disalurkan kepada 21,3 juta keluarga. Realisasi sampai dengan 1 Oktober 2023 yakni sebesar 98,37% dari total alokasi bulan September.

Meski telah melakukan langkah-langkah di atas, pihak kementerian perekonomian mewanti-wanti agar terus mewaspadai dan memonitor fenomena-fenomena domestik maupun global yang dapat berdampak terhadap inflasi.

Guna mengantisipasi gejolak harga, rentannya stok pangan akibat kondisi iklim yang tidak menentu akibat global warming, serta kendala-kendala non teknis seperti konflik global, perang dagang Amerika dan Cina, memerlukan langkah antisipatif semua kalangan, satu di antaranya adalah bagaimana mengoptimalisasi lahan di perkotaan baik di ruang terbuka hijau, di sekitar perkarangan, kompleks-kompleks perumahan, kompleks perkantoran ataupun di atas-atas gedung dengan memanfaatkan deck bangunan untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman yang dapat dikonsumsi, khususnya bagi masyarakat kota. Upaya ini masuk dalam model pertanian Blue Smart. Pertanian Blue Smart memiliki berbagai keunggulan :

1. Adaptif

Model pertanian Blue Smart adalah model pertanian di perkotaan dengan konsep adaptif. Konsep adaptif menyesuaikan dengan kondisi, baik kondisi lahan, topografi, ketersediaan sumber daya, dan ketersediaan masyarakatnya.

Baca juga  Kementan Ajak Milenial Berwirausaha Dengan Smart Farming

Dalam konsep ini, setiap orang tidak dibebankan dengan pekerjaan yang memang tidak disukainya. Sehingga, model pertanian ini lebih cenderung pada keinginan masyarakat dan bukan program yang dipaksakan.

Supaya model pertanian ini terlaksana maka pemerintah mesti mensosialisasikan model pertanian Blue Smart kepada masyarakat kota agar bersedia dan mau terlibat secara aktif.

2. Friendly

Pertanian Blue Smart dianggap unggul karena sangat friendly dan mudah diterapkan bahkan oleh mereka yang sama sekali belum pernah bercocok tanam. Penggunaan teknologi yang smart dan digitabel membuat siapa saja mampu menggunakannya.

Misalnya pemeliharaan tanaman yang jadi perkerjaan agak rumit dapat dibantu dengan sistem sensorik, di mana tanaman yang perlu air misalnya, secara otomatis akan disiram oleh mesin yang sudah direkayasa menggunakan perangkat digital. Atau pengendalian hama dan penyakit, juga dapat dilakukan dengan perangkat digital yang mampu mendeteksi tingkat serangan hama dan penyakit sehingga mesin secara otomatis menyemprotkan insektisida nabati atau biofungisida pada tanaman yang dibudidayakan.

3. Ramah lingkungan

Model pertanian Blue Smart adalah model pertanian yang sangat ramah lingkungan dan “haram” menggunakan bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan. Pertanian yang ramah lingkungan tidak pernah menggunakan pupuk kimia sintetik, pestisida sintetik, dan bahan lain yang digunakan selama budidaya.

Langkah ini bertujuan menjaga keseimbangan alam dan lingkungan, di mana akan terjadi persaingan sehat antara hama dengan musuh alami, persaingan antara pathogen dengan agen antagonis. Tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sentetik membuat lingkungan menjadi sehat dan lestari.

4. Minim biaya

Jika pertanian konvensional membutuhkan biaya yang besar, maka pertanian Blue Smart sangat minim biaya karena memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar lokasi budidaya, mulai dari media tempat penanaman, media tanamnya, pupuk dan obat-obatannya, semua mengandalkan apa saja yang ada di sekitar lokasi budidaya. Pupuk dan obat-obatan diperoleh dari sisa-sisa sampah organik yang ada, baik sampah rumah tangga, sampah pedagang sekitar atau dari sampah home industry yang biasanya tidak dikelola oleh pemiliknya dan cenderung dibuang di tempat pembuangan sampah.

5. Produksi tinggi

Pertanian Blue Smart memang memerlukan uji lanjutan dalam hal produktivitas dan produksi sebab konsep pertanian ini tidak membutuhkan input dari luar (mengandalkan ketersediaan bahan di sekitar) sehingga untuk mengejar tingkat produksi yang tinggi masih memerlukan beberapa eksperimen lanjutan agar diperoleh formula yang paling tepat, mulai dari media tanamnya, kombinasi pupuk yang digunakan serta formula lain yang dibutuhkan.

Baca juga  PELUANG BISNIS PERTANIAN TERBUKA LEBAR, ANAK MUDA MINIM PEMINAT

Jika diperoleh formula yang tepat tidak menutup kemungkinan pertanian Blue Smart menghasilkan produksi yang melimpah. Keunggulan pertanian Blue Smart hanya bisa diwujudkan manakala poin berikut terpenuhi :

  •  Sumber nutrisi limbah rumah tangga

Limbah rumah tangga sangat berlimpah, menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, rata-rata satu orang menghasilkan sampah 0,8 kg per hari, dan limbah rumah tangga menjadi penyumbang sampah terbesar 38,3% dari total sampah yang ada. 40% nya adalah sisa-sisa makanan yang apabila tidak diolah maka akan menjadi sumber penyakit. Namun jika dikelola dengan tepat menjadi pupuk organik maka jumlah tersebut lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tanaman.

Sumber nutrisi yang diperoleh dari limbah rumah tangga sebetulnya mampu mengingatkan produksi dan produktivitas tanaman yang dibudidayakan di sekitar rumah atau kompleks perumahan. Ketersediaan nutrisi seperti ini akan memudahkan ibu-ibu rumah tangga dalam membudidayakan tanaman di rumah.

Kandungan nutrisi dari limbah rumah tangga antara lain, kandungan Kalium, Nitrogen, Pospat, Ze dan unsur mikro lainnya. Guna memenuhi unsur-unsur yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman maka perlu modifikasi dengan tambahan bahan selain limbah yang ada. Misalnya memberikan air kelapa, atau gula merah atau jamur-jamur antagonis yang mampu hidup dan berkembang pada media limbah rumah tangga tersebut.

  • Gotong royong

Gotong royong adalah prasyarat mutlak dalam model pertanian Blue Smart karena model pertanian ini memerlukan partisipasi semua pihak terutama warga sekitar. Jika dulu dikenal adanya kelompok dasawisma, maka model pertanian ini mirip dengan pola dasawisma, di mana partisipasi aktif wargalah yang membuat program tersebut berhasil. Semangat gotong royong adalah jati diri bangsa Indonesia yang harus terus dijaga dan dipelihara meskipun kondisi masyarakat kota yang cenderung a-sosial.

  • Menggunakan teknologi AI

Teknologi buatan saat ini menjadi tren dalam semua lini kehidupan. Oleh sebab itu, model pertanian Blue Smart semestinya mampu mengadopsi pertanian yang built-in dengan kemajuan teknologi, utamanya teknologi digital. Penggunaan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Inteligent) sangat cocok untuk masyarakat kota yang super sibuk, sehingga proses awal sampai panen dikreasikan dengan teknologi AI tersebut.

  • Ketersediaan air

Air adalah prasyarat lain yang mesti ada dalam model pertanian Blue Smart dan rata-rata di perkotaan jaringan instalasi air sudah rata terpenuhi. Model pertanian Blue Smart adalah model pertanian yang perlu dikembangkan guna memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat kota, mengurangi laju inflasi, serta membuat suasana kota semakin indah dan asri.

*Penulis adalah Widyaiswara Ahli Madya Kementerian Pertanian

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru