email : [email protected]

24.6 C
Jambi City
Senin, April 29, 2024
- Advertisement -

Potensi Kemampuan Berpikir Kritis dengan PjBL-STEM di Era Revolusi Industri 4.0

Populer

Oleh : Dwi Anggraini Harita Putri

Mahasiswa Magister Pendidikan Fisika UNP

Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah berkembang dengan sangat pesat. Revolusi industri pertama terjadi pada abad 18 dan saat ini kita telah memasuki era revolusi industri 4.0. Pada Industri 4.0 ditandai dengan integrasi yang begitu kuat antara dunia digital (teknologi) dengan produksi industri. Revolusi industri 4.0 menuntut agar manusia dapat menggunakan dan memanfaatkan teknologi secara maksimal. Dalam dunia pendidikan siswa tak hanya dituntut untuk menggunakan teknologi dengan baik tetapi juga harus menguasai berbagai keterampilan, salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis.

Berpikir kritis merupakan salah satu bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Krulik & Rudnick keterampilan berpikir secara umum, terdiri dari empat tingkat, yaitu: menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking). Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan nyata. Keterampilan berpikir kritis sangat penting dikuasai oleh siswa agar lebih terampil dalam menyusun argumen ataupun dalam membuat keputusan. Berpikir kritis memiliki beberapa indikator yaitu mampu: 1) merumuskan pokok-pokok permasalahan; 2) mengungkap fakta yang ada; 3) memilih argumen yang logis; 4) mendeteksi bias dengan sudut pandang yang berbeda; 5) menarik kesimpulan.

Guru yang berperan sebagai fasilitator harus menyesuaikan diri serta mampu memfasilitasi siswanya agar dapat mencapai tujuan ini. Guru harus pandai memilah proses dan perangkat pembelajaran yang bisa dikaitkan dengan teknologi dan sekaligus membantu siswa agar dapat meningkatkan keterampilannya. Solusi dari permasalahan ini yaitu dengan mengintegrasikan pendekatan STEM pada pembelajaran disekolah.

STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menggabungkan beberapa disiplin ilmu yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Sukmana (2017) menjelaskan bahwa STEM merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang populer di dunia karena efektif dalam menerapkan pembelajaran tematik integratif yang menggabungkan empat bidang pokok dalam Pendidikan. STEM bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa melalui proses pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Empat aspek dari STEM akan lebih bermakna dan bisa dijadikan persiapan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 jika diintegrasikan pada pembelajaran yang inovatif di sekolah, contohnya adalah Project Based Learning.

Baca juga  Model PjBL Untuk Penguatan Karakter Peserta Didik dalam Menghadapi Era Society 5.0

Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki beberapa karakteristik yaitu peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan,peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,proses evaluasi dijalankan secara kontinyu, peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan, produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, dan situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan. Project Based Learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran berbasis proyek dan pengalaman yang berakar dari permasalahan di kehidupan nyata.

Menurut Delise (1997) model Project Based learning memiliki langkah‐langkah sebagai berikut: 1) Connecting with the problem. Pada Langkah ini guru memilih, merancang dan menyampaikan masalah yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa terkait dengan masalah. 2) Setting up the structure. Setelah siswa telah terlibat dengan masalah, guru menciptakan struktur untuk bekerja melalui masalah yang dihadapi. Struktur ini akan memberikan rancangan tugas‐tugas yang harus dilakukan oleh siswa. Struktur menjadi kunci dari keseluruhan proses bagaimana siswa berlatih berfikir melalui situasi nyata dan mencapai solusi yang tepat. 3. Visiting the problem. Guru fokus pada ide‐ide yang dimiliki siswa pelatihan bagaimana menyelesaikan masalah. Fokus tersebut diarahkan untuk menghasilkan fakta dan daftar item yang membutuhkan klarifikasi lebih lanjut. 4. Revisiting the problem. Setelah siswa dalam kelompok kecil menyelesaikan tugas mandiri, maka mereka harus segera bergabung kembali dalam kelas untuk menemukan kembali masalah‐masalah tersebut. Guru pertama‐tama meminta kelompok kecil untuk melaporkan hasil pengamatan mereka. Pada saat itu guru menilai sumber yang mereka pakai sebagai referensi, waktu yang digunakan, dan efektivitas rencana tindakan yang akan dilakukan. 5. Producing a product/performance. Membuat hasil pemecahan masalah yang disampaikan kepada guru untuk dievaluasi tentang mutu isi dan penguasaan skill mereka. 6. Evaluating performance and the problem. Guru meminta siswa untuk mengevaluasi hasil kerja (performance) dari kajian masalah dan alternatif solusi yang diajukan.

Baca juga  Penerapan Model PBL berbantuan e-LKPD sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik

Model PjBL memiliki kelebihan yaitu mampu mengkolaborasikan proses pemecahan masalah peserta didik dalam pembelajaran menggunakan metode investigasi sains. Ketika peserta didik terbiasa melatih kemampuan pemecahan masalahnya, maka daya analisis peserta didik akan meningkat sehingga kemampuan berfikir kritis juga akan meningkat. STEM dan Project Based Learning saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada PjBL siswa memahami konsep dengan menghasilkan produk, sedangkan pada pembelajaran dengan pendekatan STEM terjadi proses perancangan dan redesign (engineering design process) yang juga membuat siswa menghasilkan produk terbaiknya. Pengkolaborasian PjBL ke dalam STEM sangat sesuai, karena STEM juga sangat identik dengan proyek atau penemuan baru yang bisa dikembangkan oleh siswa.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2019) model Project Based Learning (PjBL) yang terintegrasi STEM (Science, Technology, Engineering and mathematics) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru