Gaza, Oerban.com — Seorang jurnalis Gaza, Hassan Aslih, tewas dalam serangan militer Israel yang terjadi di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, Gaza Selatan, pada Selasa (13/5) dini hari. Serangan tersebut menewaskan dua orang dan melukai beberapa lainnya, menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Gaza.
Militer Israel mengklaim bahwa serangan itu ditujukan untuk menghancurkan pusat komando dan kontrol Hamas yang diduga beroperasi dari dalam kompleks rumah sakit tersebut.
Mereka menyatakan bahwa “kompleks tersebut digunakan oleh Hamas untuk merencanakan dan melancarkan serangan terhadap warga sipil Israel dan pasukan IDF (militer Israel).”
Mahmud Bassal, juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, mengonfirmasi bahwa “tentara Israel membom gedung bedah di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis pada fajar hari Selasa, menewaskan jurnalis Hassan Aslih.”
Aslih, yang merupakan kepala outlet berita Alam24, diketahui sedang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut setelah terluka dalam serangan udara pada 7 April lalu.
Selain Aslih, dua jurnalis lainnya, Ahmed Mansur dan Hilmi al-Faqaawi, juga dilaporkan tewas dalam serangan yang menargetkan tenda media pada bulan April.
Militer Israel menyatakan bahwa serangan tersebut memang menargetkan Aslih, dengan tuduhan bahwa ia “beroperasi untuk Hamas dengan kedok seorang jurnalis.”
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengutuk keras serangan tersebut, menegaskan bahwa serangan terhadap jurnalis merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan kebebasan pers.
Rekaman dari AFP di lokasi kejadian menunjukkan asap tebal mengepul dari gedung rumah sakit, sementara para penyelamat mencari korban di antara puing-puing dengan menggunakan senter.

Seorang petugas rumah sakit, yang menyebut dirinya Abu Ghali, mengatakan bahwa serangan tersebut tidak membedakan antara warga sipil dan target militer.
“Ini adalah rumah sakit sipil yang menerima orang-orang yang terluka sepanjang waktu,” kata Abu Ghali kepada AFP.
Serangan ini terjadi setelah Israel menghentikan sementara operasi militernya di Gaza untuk memungkinkan pembebasan seorang sandera AS-Israel, Edan Alexander, seorang tentara berusia 21 tahun yang ditahan sejak Oktober 2023.
Alexander, yang diyakini sebagai sandera terakhir dengan kewarganegaraan AS, dibebaskan pada hari Senin menjelang kunjungan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ke Timur Tengah.
Sumber: Daily Sabah
Editor: Julisa