email : [email protected]

25 C
Jambi City
Jumat, April 19, 2024
- Advertisement -

Teladan Sang Pencerah

Populer

Penulis: Sausan Afifah Denadin

KH. Ahmad Dahlan merupakan pelopor serta pendiri dari organisasi islam muhammadiyah sekaligus seorang Pahlawan Nasional Indonesia, muhammadiyah terbentuk pada tanggal 18 November 1912 M, lahirnya organisasi islam muhammadiyah ini tidak lain adalah sebuah jawaban riil terhadap kondisi bangsa saat itu, yakni kolonial belanda sudah merenggut hak dasar masyarakat untuk mengenyam pendidikan sehingga tujuan lahirnya muhammadiyah itu adalah untuk melawan kolonial belanda pada masa itu serta mencerdaskan bangsa Indonesia. KH. Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1868, anak ke 4 dari 7 bersaudara dari ayah yang bernama KH Abu Bakar dan Ibunya bernama Siti Aminah. Ayahnya KH. Ahmad Dahlan masih garis keturunan dari salah satu 9 wali songo yaitu Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang menyebarkan agama Islam di Gresik pada abad ke-15. Bila ditelusuri lebih lanjut, beliau ada garis keturunan Rasulullah dari jalur cucunya Hussain bin Ali Abi Thalib. Ini menunjuk-kan bahwa beliau mempunyai keturunan priyayi dan kyai sekaligus.

KH. Ahmad Dahlan ketika berumur 15 tahun telah melakukan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama. Ajaran yang dikembangkan KH. Ahmad Dahlan adalah ajaran yang berfokus pada Al-quran dan Sunnah. Sang Pencerah menginginkan umat islam di Indonesia mengamalkan dan menggerakan agama dengan berorganisasi karena itu, dalam bidang keagamaan muhammadiyah berupaya mengembalikan kemurnian ajaran islam berdasarkan Alquran dan Sunnah Nabi, serta memberantas perbuatan syirik dan bidáh, menentang kultus individu maupun pemujaan terhadap roh dan benda-benda keramat pada masa itu. Di awal – awal pendirian Muhammadiyah berbagai tantangan dan cobaan selalu mengiringi perjuangan Sang Pencerah ini, tidak hanya tantangan dari pemerintah belanda saja di sini ia harus menghadapi masyarakat dan umat islam yang menolak Muhammadiyah, sebab banyak pihak yang berpendapat bahwa ajaran sang pencerah ini dianggap aneh dan menyeleweng dari ajaran islam.

Baca juga  UMS Siap Jadi Tuan Rumah Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah

Pada masa itu KH. Ahmad Dahlan dianggap aneh. Tak heran KH. Ahmad Dahlan sempat di tuduh sebagai kiai kafir karena mendirikan sekolah yang mengajarkan ilmu agama juga ilmu umum hingga mengajarkan seni bermusik kepada siswanya. Hal – hal tersebut tidak membuat Sang Pencerah ini kehabisan akal, KH. Ahmad Dahlan tetap melakukan dakwah di berbagai kota dan melakukan pendekatan melalui jaringan – jaringan dagang yang dimilikinya. Pada akhirnya perjuangan sang pencerah ini tidak sia-sia gagasannya di terima masyarakat di berbagai wilayah serta ulama-ulama dari berbagai daerah lain pun berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap organisasi islam muhammadiyah ini.

Organisasi Islam Muhammadiyah semakin lama semakin berkembang hampir di seluruh Indonesia, oleh karena itu pada tanggal 7 Mei 1921 Sang Pencerah KH. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang muhammadiyah di seluruh Indonesia dan pada tanggal 2 September 1921. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sang Pencerah KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai peletak dasar pendidikan modern di Indonesia. KH. Ahmad Dahlan telah memainkan peran yang sangat penting dan strategis dalam melakukan modernisasi pendidikan islam di Indonesia. KH. Ahmad Dahlan mencetuskan ide – ide dan pemikiran yang kemudian menjadi bagian dari sistem pendidikan muhammadiyah.

Model pendidikan muhammadiyah ini dijadikan model sistem pendidikan nasional. Sekolah pertama yang didirikan KH. Ahmad Dahlan adalah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah materi pelajaran yang diberikan meliputi materi agama yang biasa diajarkan di pesantren dan materi umum yang biasa diajarkan di sekolah belanda. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam pendidikan dilakukan pada dua hal pokok, yaitu memasukkan pelajaran agama ke dalam lembaga pendidikan barat dan melakukan pembaharuan sistem pendidikan dengan mengkompromikan antara sistem pendidikan islam dan barat. Pendidikan muhammadiyah ini mempunyai sasaran utama untuk memberantas buta huruf. Sehingga adanya muhammadiyah ini mampu menumbuhkan semangat membaca dan akhirnya berimplikasi dengan munculnya koran, majalah dan buku-buku pada tahun 1920 dan 1930 an.

Baca juga  Mengantri di "Rumah (Sakit) Sendiri"

Sang Pencerah KH. Ahmad Dahlan juga mendirikan sekolah keguruan yang bernama Madrasah Mu’allimin (Kweekschool Muhammadiyah) dan Madrasah Mu’allimat (Kweekschool Putri Muhammadiyah). Atas Jasa-Jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkan KH. Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional dengan dasar-dasar penetapan telah mempelopori kebangkitan ummat islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat. Dengan organisasi muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan islam, dengan organisasinya, muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa dengan jiwa ajaran islam dan dengan organisasinya, muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria. Sejarah menunjukkan bagaimana sang pencerah menjadi sosok panutan yang patut diteladani.

Penulis Merupakan Mahasiswi Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru