Ankara, Oerban.com — Presiden Republik Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan kesiapan negaranya untuk berperan sebagai fasilitator dalam menyelesaikan konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang semakin memanas dalam beberapa hari terakhir. Dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Iran yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian, Erdogan menyampaikan keprihatinan mendalam atas eskalasi konflik dan menyerukan segera dibukanya kembali jalur diplomasi, termasuk perundingan nuklir antara Iran dan negara-negara besar dunia.
Pernyataan resmi dari Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki pada Senin (16/6) mengungkapkan bahwa percakapan tersebut merupakan komunikasi kedua antara kedua pemimpin sejak pecahnya konflik, menandakan tingginya intensitas diplomasi Turki dalam merespon situasi kawasan yang semakin genting.
Eskalasi Konflik dan Dampak Kemanusiaan
Konflik antara Iran dan Israel meletus secara terbuka setelah Israel meluncurkan serangkaian serangan udara terkoordinasi pada Jumat lalu terhadap beberapa lokasi strategis di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir. Tindakan ini memicu respon cepat dari Teheran berupa serangan rudal balasan.
Otoritas Israel mengklaim bahwa sedikitnya 24 warga mereka tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat serangan rudal Iran. Sementara itu, pemerintah Iran melaporkan bahwa 224 orang meninggal dunia dan lebih dari 1.000 lainnya mengalami luka akibat agresi militer Israel.
Kini memasuki hari keempat, konflik telah memicu keprihatinan komunitas internasional yang menyerukan “de-eskalasi” dan penghentian segera kekerasan bersenjata di kawasan Timur Tengah, yang telah lama menjadi pusat ketegangan geopolitik dunia.
Diplomasi Intensif Erdogan: Seruan Perdamaian dan Penolakan terhadap Perang Baru
Erdogan, dalam pernyataannya kepada Presiden Pezeshkian dan dalam berbagai komunikasi diplomatik lainnya sepanjang akhir pekan, secara tegas menyatakan bahwa konflik ini tidak hanya mengancam keamanan kedua negara, tetapi juga berisiko menyeret kawasan dan dunia ke dalam bencana global.
“Spiral kekerasan yang dimulai oleh serangan Israel terhadap Iran telah membahayakan stabilitas regional dan global. Pendekatan tanpa hukum dari pemerintahan Netanyahu adalah ancaman langsung terhadap tatanan internasional. Kawasan ini tidak sanggup menanggung satu lagi perang besar,” ujar Erdogan dalam percakapan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Turki, menurut Erdogan, memegang teguh prinsip menjaga perdamaian kawasan dan menentang segala bentuk ekspansi militer yang memperparah ketegangan.
Ia mengkritik keras sikap Israel yang menurutnya telah menjadi agresif akibat diamnya komunitas internasional dan kini memperluas konflik dengan Palestina ke medan baru, yakni Iran.
Dukungan Internasional terhadap Jalur Diplomasi
Presiden Erdogan juga berbicara dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan keyakinan bahwa perdamaian antara Iran dan Israel akan segera tercapai.
Trump menyebut bahwa banyak pembicaraan dan pertemuan sedang berlangsung untuk mencari jalan keluar, meski tanpa merinci lebih lanjut.
Dalam percakapannya dengan Trump, Erdogan mendesak tindakan segera dari Washington guna mencegah konflik meluas ke negara-negara tetangga, dan memuji pernyataan Trump yang menunjukkan arah solusi diplomatik.
Ia menegaskan kembali kesiapan Turki untuk menjadi tuan rumah atau mediator dalam perundingan nuklir yang telah lama mandek sejak keluarnya AS dari kesepakatan nuklir JCPOA pada 2018.
Rusia juga menyatakan kesiapan menjadi mediator, bahkan menawarkan kembali proposal lama untuk menyimpan uranium Iran di wilayah Rusia sebagai jaminan non-proliferasi nuklir.
Kremlin menekankan bahwa akar permasalahan konflik ini harus diselesaikan, bukan sekadar menangani gejalanya.
Menjaga Fokus terhadap Gaza dan Krisis Kemanusiaan
Dalam pernyataannya kepada para pemimpin dunia, Erdogan juga menekankan bahwa dunia internasional tidak boleh kehilangan fokus terhadap tragedi kemanusiaan yang masih berlangsung di Gaza.
Ia menyebut bahwa serangan Israel terhadap Iran tidak boleh menutupi genosida di wilayah Palestina tersebut.
“Lebih dari 55.000 jiwa telah menjadi korban, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak, sejak Oktober 2023 di Gaza. Kita tidak boleh membiarkan serangan baru ini menjadi tabir atas kekejaman yang terjadi di Palestina,” tegas Erdogan.
Ia menambahkan bahwa krisis kemanusiaan yang diperparah dengan blokade dan potensi kelaparan di Gaza adalah konsekuensi dari kebijakan ekspansionis Israel yang harus dihentikan.
Diplomasi sebagai Satu-satunya Jalan
Turki menegaskan bahwa solusi terhadap krisis antara Iran dan Israel, serta isu nuklir yang melatarbelakanginya hanya bisa dicapai melalui pendekatan politik dan diplomatik, bukan kekuatan militer.
Erdogan menyerukan kepada semua pihak, termasuk AS, Rusia, negara-negara Teluk, dan Uni Eropa, untuk segera membentuk kembali forum diplomatik internasional guna mencegah konflik lebih lanjut dan menjaga stabilitas kawasan.
“Kami percaya bahwa perdamaian bukanlah ilusi. Tapi ia membutuhkan keberanian, kepemimpinan, dan kerja sama semua pihak. Turki siap berdiri di garis depan dalam perjuangan ini,” pungkas Erdogan dalam pernyataan terakhirnya.
Sumber: Daily Sabah
Editor: Julisa