Oerban.com – Peristiwa menyakitkan dan menyedihkan sering kali membawa luka dalam kehidupan seseorang, tak jarang kejadian menyakitkan itu membuat seseorang mengalami trauma berkepanjangan bahkan tak pernah benar-benar hilang.
Trauma yang berulang berdampak kepada guncangan emosional yang membuat penderitanya susah untuk bangkit kembali untuk menjalani kehidupan secara normal.
Namun, bagaimana jika ternyata ada studi psikologis yang mampu menjawab kondisi ini? Bahwa sebenarnya seseorang tetap bisa bangkit dari trauma menyakitkan dari kehidupannya.
Nah, di bawah ini kita akan membahas sebuah tinjauan psikologis mengenai Post Traumatic Growth: sebuah bahasan untuk bangkit dari luka.
Tedeschi, dkk (2018) mendefinisikan Post Traumatic Growth sebagai perubahan psikologis menuju arah positif sebagai hasil dari perjuangan melawan luka trauma atau situasi yang menyakitkan. PTG ini mendorong perubahan positif terhadap persepsi terhadap diri sendiri, hubungan antar sesama, membangkitkan rasa percaya diri, serta sikap yang lebih terbuka terhadap orang lain dan apresiasi hidup yang lebih besar untuk menemukan peluang hidup baru yang lebih baik (Tedeschi, Calhoun) 1996.
Tedeschi dan Calhoun (1999) juga mengemukakan bahwa individu mencapai post traumatic growth berhasil melewati beberapa tahap, dimulai dengan datangnya peristiwa traumatis dalam hidup individu yang menyebabkan guncangan besar atas pemahamannya terhadap dunia, bagaimana dunia bekerja, dan seperti bagaimana kedudukannya di dunia.
Hal tersebut mendorong proses kognitif yang mengganggu dan otomatis, serta emosi negatif. Akibatnya, seseorang berusaha melakukan rumination atau perenungan dan mencurahkan banyak energi untuk memikirkan kejadian tersebut.
Selanjutnya, rumination melibatkan kombinasi proses berpikir, pemikiran berulang, waspada, dan kadang menimbulkan perasaan yang tidak nyaman ketika terus mengingat kejadian tersebut. Sehingga, individu cenderung berusaha mencari jalan keluar dari masalah atau mengembalikan keseimbangan emosional dan kognitifnya.
Proses rumination yang sebelumnya terjadi diyakini mampu meningkatkan kemungkinan bagi individu untuk dapat terlepas dari masalah melalui proses adaptif atau perjuangan.
Teori ini merupakan jawaban bahwa sesulit apa pun masalah yang pernah dialami oleh seseorang mereka akan tetap mampu bangkit. Pengalaman traumatis pada dasarnya tak hanya memberikan dampak negatif, bahkan menjadi awal dari “titik balik” kehidupan seseorang yang mendorong seseorang untuk dapat optimis untuk membuka lembaran-lembaran baru dan berdamai dengan kondisi masa lalu. Bangkit dari trauma tidak hanya sekedar kembali pada kondisi pulih namun mendorong kekuatan untuk berbuat lebih dari sebelumnya.
Kondisi ini bisa kita contohkan ketika seseorang mengalami kondisi trauma akibat kehilangan orang tersayang misalnya kematian ayah atau ibu yang membuat anaknya perlahan belajar untuk menerima kondisi realita, mengurangi perasaan sedih, bersikap lebih dewasa, hidup lebih mandiri bahkan mampu bangkit kembali untuk mencapai impian yang diharapkannya meskipun dalam kondisi traumatis setelah kehilangan orang yang dicintai untuk selama-lamanya.
Dengan mempelajari teori post traumatic growth ini kita dapat memahami bahwa pada akhirnya perjalanan pahit dan menyakitkan dalam hidup akan memberikan arah pada pilihan yang diambil. Ada pilihan yang membuat seseorang terkurung dalam rasa trauma berkepanjangan sehingga sulit untuk bangkit menuju kehidupan normal. Ada pula pilihan untuk berubah ke arah yang lebih baik, memaafkan kondisi masa lalu dan berdamai untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Semua itu tergantung pada sikap kita terhadap kondisi yang dihadapi dan bagaimana kita mengelola kondisi tersebut.
Penulis: Putri Nanda Aulia
Sumber referensi:
- Dell’Osso Liliana, Lorenzi Priomo, dkk. (2022). Post Traumatic Growth (PTG) in the Frame of Traumatic Experiences. Clinical Neuropsychiathry: Jurnal of Treatment Evaluation. 19(6). 390-393.
- Laksmi Dewi Cokorde, Debora Valentina Tience. (2020). Posttraumatic growth among adolescents victims of bullying. Jurnal Psikologia: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. Vol 1 (15)
- Yahdini Tazkiyah. (2019). Resiliensi dan Post Traumatic Growth (PTG). Psikoborneo. Vol 7 (3). 383-393.

