email : [email protected]

29 C
Jambi City
Minggu, Mei 5, 2024
- Advertisement -

KAMMI, FSLDK Indonesia dan ACN: RUU TPKS Diusulkan DPR, Suara Kami Dibungkam

Populer

Jakarta, Oerban.com – Meyesal atas keputusan Rapat Pleno Baleg DPR RI yang menetapkan draft RUU TPKS KAMMI, FSLDK Indonesia dan ACN, Serta Puluhan pemuda dari berbagai komunitas dan Ormas sepakat akan gelar Aksi di depan DPR RI.

Ketua Umum KAMMI, Zaky Rivai menyatakan bahwa aksi unjuk rasa kali ini merupakan respon ketidakberdayaan karena gagasan substantif dan masukan kunci atas penolakan RUU TPKS benar-benar diabaikan Baleg DPR RI.

“Sidang Baleg DPR RI menutup mata dan membungkam suara rakyat yang menginginkan agar RUU TPKS tidak dijadikan instrumentasi kebebasan seksual. Hal ini karena aspirasi untuk mengganti konsepsi kekerasan seksual dan mengubah perumusan tindak pidananya meliputi seluruh jenis kejahatan seksual benar-benar diabaikan,” ungkapnya.

Sepandangan dengan Zaky, Rapanca Indra Mukti, Ketua FSLDK Indonesia juga memberikan keterangannya. Panca mengatakan, kedzaliman saat ini jelas adanya, sebab usulan dan tanggapan memperbaiki isi RUU TPKS diabaikan.

“Kami sudah melihat sejauh mana RUU TPKS ini berjalan, dan pada akhirnya, kedzaliman ini jelas tampak adanya. Usulan dan Tanggapan dalam tujuan memperbaiki Isi substansial juga tidak di pedulikan. Poin terpenting adanya Norma Agama yang seharusnya menjadi titik awal perumusan segala bentuk aturan juga sudah tak menjadi prioritas di dalam penyusunan RUU TPKS. Sungguh ini adalah RUU yang tak bisa di terima dengan segala bentuk alasan.” jelasnya.

Sementara itu, koordinator unjuk rasa yang juga koordinator ACN, Indram menyebutkan, pandangan fraksi dalam rapat pleno kontradiktif, karena berbenturan dengan norma agama dan Pancasila.

“Pandangan Fraksi-fraksi dalam Rapat pleno tersebut kontradiktif. Di satu sisi menginginkan agar RUU TPKS tidak bertentangan dengan norma agama dan Pancasila namun di sisi lain menyetujui draf yang ditawarkan Panja. Padahal, konsepsi mendasar dari Kekerasan Seksual itu sendiri bertentangan dengan norma agama dan Pancasila karena berpokok pada asumsi doktrin tentang ketidakadilan gender,” terangnya

Baca juga  Geruduk Rektorat UIN, HMI Minta Segala Bentuk Premanisme Dihentikan

Ketua Satgas RUU TPKS KAMMI, Maya menyatakan bahwa penerbitan keputusan Baleg DPR RI tersebut adalah kesewenang-wenangan dari segelintir elit yang mengelabui pemahaman masyarakat Indonesia.

“Mereka membuat penyesatan bahwa RUU TPKS digunakan untuk melindungi korban perkosaan dan pelecehan seksual yang kita pahami. Padahal RUU TPKS bahkan tidak memuat pasal tentang penindakan perkosaan. Malahan dalam draf yang diusulkan ini ada dua pasal tong sampah yang isinya kriminalisasi 9 bulan penjara atau 4 tahun penjara yang bisa digunakan sebagai alat perlindungan kebebasan seksual karena melindungi keinginan seksual tanpa dijelaskan keinginan seksual mana yang dimaksud,” urainya.

“Hal ini merupakan kematian akal sehat DPR RI yang seakan tidak mau tahu bagaimana paradigma masyarakat akan berubah dengan konsepsi RUU yang hanya berbasis pada doktrin sexual consent belaka.” lanjut Maya mengakhiri.

Editor: Renilda Pratiwi Yolandini

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru