email : [email protected]

24.4 C
Jambi City
Sabtu, Mei 4, 2024
- Advertisement -

Kesenian Kuda Lumping Turonggo Mudo di Desa Penerokan Kabupaten Batanghari

Populer

Oerban.com – Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman suku, ras dan agama serta budaya (multikultural). Salah satu bentuk kebudayaan adalah kesenian.

Kesenian yaitu bagian dari kebudayaan dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Banyak kesenian zaman dahulu yang masih dilestarikan hingga saat ini, namun banyak juga kesenian yang hilang akibat tidak adanya generasi penerus yang tidak mau melestarikannya.

Berbagai bentuk kesenian daerah tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Kesenian daerah yang tersebar di Indonesia, khususnya di daerah Jawa seperti kuda lumping, sisingaan, angklung, wayang golek, kuda renggong, dan lain-lain, yang merupakan warisan budaya dari leluhur bangsa Indonesia. 

Di wilayah Jambi, tepatnya di Desa Penerokan, salah satu kesenian daerah yang masih berkembang hingga saat ini adalah kuda lumping. Kuda lumping atau jaran kepang adalah tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit yang menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan dipotong menyerupai bentuk kuda yang kemudian dihias dengan cat dan diberi kain berbagai warna agar lebih menarik.

Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan menunggang kuda. Namun beberapa pertunjukan kuda lumping menampilkan atraksi kerasukan, kebal, dan kekuatan magis, seperti atraksi makan beling dan kebal cambuk yang sangat menyakitkan. 

Di Penerokan salah satu orang yang masih melestarikan tarian kuda lumping adalah Mbah Eni dan suaminya. Mbah Eni dan suaminya melestarikan kuda lumping yang diberi nama Turonggo Mudo kurang lebih 5 tahun.

Terbentuknya kuda lumping Turonggo Mudo berawal dari suaminya yang berasal dari Jawa, datang ke desa Penerokan untuk mengembangkan seni tari kuda lumping. Tarian kuda lumping yang dilestarikan Mbah Eni dan suaminya telah mendapatkan dua kali juara 1 dari tingkat kabupaten dan juga sering mendapatkan juara 1 pada setiap perlombaan yang diikuti.

Baca juga  Expressive Writing Therapy, Seni Mengkaji Emosi Diri Melalui Tulisan

Pemain kuda lumping Turonggo Mudo rata-rata berasal dari desa Penerokan, yang bertim perempuan dan laki-laki. Pada bulan suro, grup kuda lumping Turonggo Mudo biasanya aktif mengikuti perlombaan di desa Sridadi.

Usaha yang dilakukan oleh Mbah Eni dan suaminya untuk mendukung kuda lumping Turonggo Mudo termanifestasi dalam memberikan dukungan dan semangat kepada para anggota grup agar tetap memegang komitmen terhadap seni kuda lumping. Kesenian kuda lumping di Desa Penerokan, merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat setempat. Kesenian kuda lumping ini bukan hanya sebuah pertunjukan seni belaka, tetapi juga memiliki nilai-nilai budaya dan spiritual yang kuat.

Dalam pergelarannya, seni kuda lumping menggabungkan unsur-unsur seperti musik, tarian, dan pertunjukan kuda yang memukau. Ini menjadikan kuda lumping sebagai seni pertunjukan yang menghibur dan memikat bagi siapa pun yang menyaksikannya.

Hingga saat ini seni kuda lumping masih berhasil memukau penonton dalam menyaksikan budaya khas yang diwariskan dari nenek moyang bangsa Indonesia. Meski warisan budaya ini mulai bersaing ketat dengan masuknya budaya asing yang mulai masuk ke Tanah Air, namun kesenian ini tetap bisa menampilkan pesonanya tersendiri.

Penulis: Tri Wahyu Ningsih, Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Jambi

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru