The New Silk Road ( Jalur Sutera Baru)
Pada bulan September 2013, Presiden RRC Xi Jinping memberikan pidato di Astana ( ibukota Kazahkstan). Lebih dari 2000 tahun, menurut Hi Jinping Masyarakat dunia hidup berdampingan dalam wilayah yang terhubung dari barat ke timur. Sebagaimana kita ketahui dalam sejarahnya China atau lebih jauh lagi Mongolia sebagai ke maharajaan yang di segani di dunia kala itu membangun sebuah jalur yang bisa di lewati oleh berbagai ekspedisi baik itu perdagangan maupun penjajahan yang melintasi darat dan laut, yang di sebut jalur sutera.
Oleh karenanya, masih menurut Presiden Xi, Sangatlah penting bagi china untuk membangun hubungan pertemanan yang baik dengan Kawasan asia tengah. Dan menindak lanjuti hal tersebut Presiden Xi mengumumkan proyek ambisius untuk membangun kembali “The Silk Road Economic Belt” untuk meningkatkan kerjasama ekonomi, meningkatkan perdagangan dan mempercepat lallulintas antar negara.
Ke ikut sertaan Indonesia dalam Mega proyek ini juga sampai tulisan ini di buat belum ada bantahan, bahkan terakhir seperti yang di kutip oleh berbagai media nasional Menteri koordinator kemaritiman Luhut panjaitan justru membenarkan keikutsertaan ini. “Proyek One Belt Road China murni bisnis” demikian seperti yang di kutip situs berita Tempo( 22/03). Juga beberapa daerah berpotensi ekonomi baik yang di “jual” ke china atau dalam Bahasa lainnya bekerja sama dengan China dalam penggarapannya, salah satunya daerah Jonggol seperti yang di kutip harian repelita (28/3).
Apa yang telah di rencanakan China melalui mega proyeknya tersebut telah menimbulkan dampak yang signifikan dalam peta ekonomi dan politik di dunia. Menurut Peter frankopan dalam buku The New Silk Road, Milyaran dollar telah di investasikan dan di pinjamkan ke berbagai negara untuk membangun jalan tol, jempatan, kereta cepat, pipa bawah laut, pelabuhan dan bandar udara tidak hanya di Kawasan asia tetapi juga di benua afrika bahkan juga di eropa. (Peter frankopan,2018;125). Masih menurut Peter, Pinjaman di berikan khususnya bagi negara-negara yang dinilai mampu mengembalikan karena memiliki sumber daya serta mampu menampung barang dan jasa yang di hasilkan oleh china dalam jangka waktu lama. Sumber daya itu adalah: Minyak, gas, aluminium serta uranium sebagai sumber vital bagi china untuk energi nuklir mereka.
Penutup
Paradoks yang terjadi dalam kepemimpinan Jokowi dan yang akan di tawarkan jika dia terpilih lagi di atas, semata-mata akan menjadi wacana biasa jika kita tidak memahami sejarah. Baik, masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Tentang kegagalan ideologi pertarungan antar kelas di berbagai negara, serta ancaman kedaulatan bangsa dalam mega proyek The Silk Road Economics Belt of China. Proyek jalan sutera ini dari zaman dahulu kala telah di tawarkan ke pada Nusantara kala itu, jika raja-raja di nusantara memberikan upeti kepada China maka kerajaan di nusantara akan mendapat jaminan keamanan dan jalur perdagangan akan di lindungi dari para perompak. Maka, sejarah telah mencatat bagaimana nasionalisme nenek moyang kita tentang berbangsa dengan putusnya telinga utusan kekaisaran china waktu itu.
Sejarah telah banyak mengajarkan pada kita. Tergantung kepada kita, mau belajar atau tidak
Wallohu’alam