Antalya, Oerban.com — Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menegaskan penolakan tegas Turki terhadap segala bentuk rencana yang memaksa rakyat Palestina meninggalkan tanah air mereka. Pernyataan ini disampaikan usai pertemuan Kelompok Kontak Gaza yang digelar di Provinsi Antalya bersama perwakilan Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Fidan mengkritik keras rencana Amerika Serikat untuk mengambil alih Gaza dan merelokasi penduduknya secara permanen, serta menegaskan dukungan penuh Turki terhadap rencana rekonstruksi Gaza yang disepakati Liga Arab.
“Kami mendukung pendirian negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota, berdasarkan perbatasan tahun 1967. Kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk mendukung upaya perdamaian secara menyeluruh,” ujar Fidan.
Ia juga menyoroti dampak destruktif dari agresi Israel yang terus berlangsung, menyebutnya sebagai sumber ketidakstabilan kawasan dan pelanggaran hukum internasional.
“Selama 80 tahun kekerasan, rakyat Palestina tetap teguh. Mereka tidak meninggalkan tanah air mereka maupun perjuangan mereka,” tegasnya.
Fidan menekankan perlunya gencatan senjata permanen dan akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Kelompok Kontak juga membahas langkah-langkah diplomatik untuk mewujudkan solusi dua negara yang adil dan langgeng.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri dari Palestina, Arab Saudi, Qatar, Mesir, Yordania, Bahrain, dan Indonesia, serta perwakilan dari Uni Emirat Arab, China, Rusia, Irlandia, Spanyol, Norwegia, Slovenia, Nigeria, dan Uni Eropa.
Turki, yang sejak awal menjadi kritikus keras kebijakan Israel, kembali menegaskan komitmennya untuk menyuarakan hak-hak rakyat Palestina di setiap forum internasional.
Presiden Recep Tayyip Erdogan sebelumnya telah mengecam tindakan Israel dan menuduhnya melakukan genosida, sementara Turki telah menghentikan hubungan dagang dan bergabung dengan gugatan hukum di Mahkamah Internasional (ICJ) terhadap Israel.
Forum Diplomasi Antalya edisi keempat yang berlangsung tahun ini turut disorot karena tingginya partisipasi negara-negara Arab di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Sumber: Daily Sabah
Editor: Julisa