email : oerban.com@gmail.com

25 C
Jambi City
Wednesday, July 16, 2025
- Advertisement -

Dari Anak Rohis hingga Dakwah Digital: Menjadi Bagian dari Perubahan Nyata

Populer

Oleh: Muhammad Agus Saputra, S.Pd*

Oerban.com Tidak semua yang besar dimulai dari panggung yang gemerlap. Ada kisah-kisah sunyi yang tumbuh dari masjid kecil, ruang kelas sederhana, atau komunitas yang tampak remeh di mata banyak orang. Tapi justru dari tempat-tempat seperti itulah gerakan perubahan bermula.

Saya dan tim kecil ini yang kami sebut “Tim Umas” memulai langkah kami bukan dari tempat yang megah, tapi dari semangat untuk berbuat dan memberi. Walaupun skala kami kecil, Allah telah mudahkan kami masuk ke struktur pengurus masjid.

Kami dipercaya untuk mengelola, berdiskusi, bahkan mengembangkan komunitas yang inklusif. Semua kalangan bisa masuk. Semua bisa bergerak.

Dulu saya pikir, semakin besar kontribusi, semakin terlihat pula perannya. Tapi kenyataannya tidak begitu. Banyak orang yang diam-diam bekerja, tidak terlihat, namun hasilnya luar biasa.

Baca juga  Makna Syukur di Bulan Dzulhijjah: Momentum Menguatkan Ibadah dan Ketakwaan

Seperti para sahabat Nabi mereka tak hanya pandai bicara, tapi ahli dalam bertindak. Dakwah itu butuh kerja nyata, bukan hanya slogan.

Saya terinspirasi dari sosok Ustad Amiruddin. Beliau memulai majelis kecil bernama “Percikan Iman” hanya dari 3-5 orang. Kini, jamaahnya mencapai ribuan.

Beliau tak hanya berdakwah, tapi juga membangun yayasan, travel, bahkan menerbitkan buku. Semua diawali dari langkah kecil dan konsisten.

Saya juga teringat bagaimana perjalanan dakwah saya bermula. Dulu, saya hanya anak SMK biasa, masuk jurusan perkantoran karena banyak cewek di sana iya, sesimpel itu.

Tapi skenario Allah berbeda. Doa ibu saya mungkin jadi titik balik. Saya mulai bosan dengan hiruk pikuk dunia remaja yang semu. Hingga akhirnya saya bertemu dengan anak-anak rohis berjilbab besar, duduk rapi di masjid setiap Sabtu. Hati saya terpanggil.

Baca juga  PPUU DPD RI Bahas Urgensi Pemerintahan Digital dengan Budiman Sujatmiko

Saya punya bekal sedikit: hafalan doa, surat pendek, bisa azan, suara lumayan. Itu cukup untuk jadi modal pertama. Saya gabung rohis, ikut mentoring, dan akhirnya dipercaya jadi pengurus.

Dulu saya cuma datang hore-hore, sekarang saya ikut ngatur program. Dulu saya pikir anak alim itu membosankan, sekarang saya tahu merekalah motor perubahan.

Dakwah hari ini tidak hanya di mimbar. Ia bisa lewat video pendek, caption Instagram, hingga komunitas kecil yang konsisten bergerak. Jangan remehkan komunitas, organisasi, atau tim kecil. Justru dari sanalah banyak perubahan lahir.

Kalau kamu masih bingung mau berkontribusi di mana, maka mulailah dari yang ada di depan mata. Aksi lebih penting daripada niat yang tidak dijalankan.

Seperti Nabi, yang tidak berjalan sendiri beliau ditemani oleh sahabat-sahabat yang solid, yang tahu peran dan keahlian masing-masing.

Dan jika kamu merasa dakwah itu milik satu golongan, satu label mungkin saatnya membuka pandangan. Kita bisa berbeda dalam metode, tapi tetap satu dalam tujuan: menyebarkan kebaikan.

Mari berbuat, dari sekarang. Dari yang kecil. Dari yang bisa.

*Penulis merupakan Da’i Muda Kota Jambi

Baca juga  Transformasi Digital & Kesiapan Generasi Muda: Refleksi Seri Webinar Amerop Business Academy 2025
- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru