email : [email protected]

24.5 C
Jambi City
Senin, Mei 20, 2024
- Advertisement -

HUJAN SENJA (Bagian 2)

Populer

“Aku tak dicuri ayah. aku yakin betul kalau aku tadi pulang bersama ibu dan aku ingat aku tidur dikamarku. Ibu ingatkan membujukku untuk pulang?”, tanyaku sambil mengalihkan pandanganku pada ibu. Ibu menatapku mengendus-endus kepalaku. Mulutnya tampak berat menjawab. Aku menahan diri mendesak ibu, sebab lilitan jemarinya semakin dikencangkan menandakan kecemasan. Aku diam menundukkan kepalaku. Aku kembali mengingat-ingat apa yang terjadi. Semuanya tak masuk akal. Ini pasti hanya mimpi. Yah ini pasti hanya mimpi. Tiba-tiba logikaku menyimpulkan dengan spontan.

“Ini pasti mimpi”, suara ku terlontar lirih. Kemudian kembali kupandangi mata ayah dan ibu seraya untuk mendapatkan pengiyakan atas apa yang kusimpulkan. Tapi ayah dan Ibu membalas dengan muka keruh.

“Cukup nak, besok akan ibu jelaskan, sekarang kau harus beristirahat”, jawab ibu gelisah.

“Tidak, tidak bu. Jelaskanlah semuanya sekarang”, sahutku.

“Lihatlah pinggangmu”, balas ibu dengan nada gelisahnya. Kemudian segera saja ku periksa. Sebuah goresan panjang berwarna hijau ke-ungu-unguan melingkari pinggangku. Aku terpaku diam menatap tanda aneh ini. Aku masih belum bisa mempercayai ini semua. Dengan nada suara yang memburu aku kembali bertanya. “ lalu bagaiman permainan ku bersama temanku? Apa itu juga imajinasi saja?”.

“Tidak, teman-temanmu ada diluar sekarang. Hampir semua penduduk desa menunggumu diluar”, jawab ayahku tenang.

“Bagaimana dengan mereka? Apa mereka juga mengalami hal yang sama?”, ucapku penasaran dan ingin menjawab semua kebingungan ini. Kemudian ayah keluar ruangan memanggil teman-temanku.

“Temanmu baik-baik saja. Kau yang tidak baik-baik saja”, balas ibuku menaikkan nada suaranya. Aku terdiam, menatap matanya yang memerah membendung air mata. “ semuanya baik-baik saja, tapi kau tidak, kau menghilang semalaman. Semua orang orang desa sibuk mencarimu dan kami tidak tidur. Kau tau ditemukan dimana? Di belakang rumah tempat ibu meletakkan kayu bakar. Tubuhmu ditemukan dalam keadaan yang amat pucat, kaku kedinginan. Entah bagaimana kau bisa sampai disana ibu tak tau. Kau lah yang lebih tau dari ibu”,lanjut ibu sesak. Aku masih diam mendengarkan penjelasannya yang diburui nafas sesaknya itu. Aku bingung sekaligus tak percaya atas hal yang baru saja aku alami. Aku tak mengerti semuanya tak masuk akal. Tapi kenyataannya memang benarlah semua yang dikatakan ibu. Tubuhku biru-biru dan pucat. Lemas dan kaku kedinginan.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru