email : [email protected]

24.5 C
Jambi City
Senin, Mei 20, 2024
- Advertisement -

HUJAN SENJA (Bagian 2)

Populer

Begitulah senja-senja berlalu dengan terjemahan yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki kisah tersendiri tentang senja. Senja adalah waktu yang amat singkat, berlalu antara cerahnya sore disusul gelap malam berbintang. Senja mempunyai warna tersendiri. Warna yang sulit diterjemahkan. Terkadang senja berwarna kemerah-merahan dan terkadang pula berwarna ungu tua dan muda. Terkadang berwarna oren kecoklatan yang disebut jingga. Aku memang mempunyai kisah tentang senja. Tapi tidak semua senja kau harus menerjemahkannya seperti itu. Tidak semua senja harus ditakuti. Saat ini hujan yang beriringan dengan senja telah mengisahkan romansa baru. langit senja yang keunguan seolah paham bahwa jiwaku sedang merindu. Aku tak pernah menyesali kenapa aku terlalu cepat tumbuh dewasa. Aku pun tak menyesali kenapa waktu terlalu cepat berlari melenyapkan kenangan. Aku hanya ingin menyampaikan sedikit salamku untuk senja-senja yang telah berlalu.

Jejalanan yang tadinya hampa sekarang telah kembali ramai. Hujan sedikit reda. Gerimis masih bergantungan dilangit senja. Langit jingga telah datang menyapa dengan cerahnya. Awan-awan murung telah melemburkan diri bersama nostalgia liarku. Tak ada yang peduli pada hujan senja ini. Orang-orang malah mengutuk kedatangnya dengan maksud baik itu. Tak ada lagi yang ingin bermain kejar-kejaran bersama hujan khayangan itu. Bahkan mitos-mitos itu tak diperlukan lagi untuk membatasi waktu bermain anak-anak. Sebab mereka tak lagi tertarik bermain diuar. Anak-anak sekarang lebih memilih bersama handphonenya dibandingkan dengan temannya. Bayangkan suatu hari nanti mitos itu akan hilang dan dunia akan hampa seperti jejalanan yang terkena hujan ini. Tak ada tawa geli kegirangan menelan rintikan hujan. Manusia telah bermusuhan dengan hujan. Hujan pun turun terasingkan kebumi. Kemudian ku langkahkan kaki meninggalkan toko roti itu. Berjalan dipinggiran jalan seorang diri dalam gerimis senja menuju kosku. Kubuka kepalan tanganku yang kaku kedinginan. Menyambut rintikan rinai yang jatuh di jari jemari tanganku yang lebar. Lembut dan bersahabat. Aku mendambakan hujan senja itu. Senja kelabu ketika hujan turun.
***

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru