email : [email protected]

25.1 C
Jambi City
Rabu, Mei 1, 2024
- Advertisement -

4 Etika Komunikasi Agar Menjadi Pribadi yang Menyenangkan (Bagian 2)

Populer

Oleh: Ghina Syauqila

Sahabat, pada artikel sebelumnya kita telah membahas definisi etika komunikasi. Nah, pada artikel kali ini, langsung saja kita akan menyelami empat etika komunikasi yang dimaksud! Apa saja, ya?

Menurut Dessie Wulandari, CHt., C.NLP., berikut ini adalah empat etika komuniasi agar kita dapat menjadi pribadi yang menyenangkan.

“Apakah yang saya katakan benar?”

Hal pertama yang harus kita pikirkan sebelum bicara atau berkomunikasi adalah: apakah yang kita katakan benar? Sekalipun kita bicara benar, apakah tujuan kita dalam berbicara ini untuk menasihati atau mempermalukan orang lain? Apabila kita ingin menasihati, maka sampaikanlah secara personal, bukan langsung terang-terangan di depan umum. Jika kita menyampaikan kata-kata yang kita anggap sebagai ‘pemberian nasihat’ di depan umum, itu namanya mempermalukan. Kita hanya membuat orang yang ingin kita ‘nasihati’ merasa malu. Lalu pertimbangkan juga, apakah cara kita dalam menyampaikan kebenaran sudah benar? Walaupun kita ingin memberikan nasihat secara personal, jangan sampai cara kita menyampai kan atau kata-kata yang ingin kita ucapkan menyakiti hati orang yang kita nasihati—yang pada akhirnya mengakibatkan seseorang tersebut justru mengempaskan mentah-mentah nasihat kita dan menjauh dari kita. Contohnya, seperti menasihati dengan suara keras, membentak, nada yang tinggi, atau dengan kata-kata yang kasar.

Apakah ini membantu?

Selanjutnya, yang perlu kita pertimbangkan sebelum bicara adalah apakah yang akan kita ucapkan ini akan membantu orang lain? Ketika orang lain melakukan kesalahan, kinerja-nya mengalami penurunan, atau kita merasa ia cukup berubah—tidak seperti yang kita kenal—maka tahan diri kita jika ingin menumpahkan kata-kata yang dimaksudkan untuk menjatuhkan mental orang lain—dengan kata, kita semakin membuat mental orang yang ingin kita ajak bicara ini semakin down. Kerap kali, orang lain hanya butuh didengarkan atau dipahami. Mungkin saja mereka memiliki masalah, yang membuat mereka melakukan kesalahan, mengalami penurunan kinerja, atau berubah. Apabila sekiranya kita tidak terlalu mampu dalam memberikan kata-kata yang baik, maka cukuplah menjadi pendengar yang baik.

Baca juga  Mahasiswa Organisator di Masa Pandemi Covid-19

Nah, Sahabat, kita telah membahas dua etika berkomunikasi yang baik. Untuk dua etika komunikasi lainnya akan kita bahas di artikel berikutnya ya.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru