email : [email protected]

32.1 C
Jambi City
Sabtu, April 27, 2024
- Advertisement -

Self-Therapy dengan Mental Health Guardian Bersama Al-Quran

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Sahabat akhir-akhir ini, bukan sedikit kita mendengar  orang-orang yang  dilanda gangguan mental. Tak hanya remaja dan orang dewasa, gangguan mental ternyata juga menjadi wabah menular yang merekrut anak-anak sebagai korbannya.

Seiring berjalannya waktu, faktor-faktor penyulut guncangan mental pada segala jenis usia juga kian beranak-pinak, sehingga mengharuskan siapapun untuk lebih waspada terhadap guncangan yang sewaktu-waktu berpotensi menyerang mental seseorang.

Setiap manusia tentu tak pernah lepas dari berbagai macam emosi, di mana pergolakan emosi telah menjadi hal kodrati pada semua individu tanpa terkecuali. Hanya saja, cara seseorang meregulasi emosi tersebut bergantung lagi pada skema-skema yang ada pada dirinya, baik dari kepribadian, pengalaman problem solving, nilai-nilai yang dimiliki, apa yang dipelajari dari lingkungan, dan sebagainya, sehingga cara seseorang dalam meregulasi emosi beraneka ragam.

Ada orang yang tidak mudah putus asa apabila diterpa suatu kondisi yang berpotensi mengguncang mentalnya. Namun di sisi lain, ada juga orang yang mudah terbawa perasaan dan suasana sehingga menjadikannya lebih rentan terpuruk.

Kecemasan adalah bagian dari emosi yang wajar dialami dan dilalui oleh setiap manusia dalam rentang perkembangan hidupnya. Tentu saja, kecemasan merupakan hal yang sangat-teramat normal. Namun, apabila kecemasan tidak ditindaklanjuti dan terus dibiarkan menggerogoti jiwa seorang individu, kecemasan tersebut dapat menjadi masalah yang menyebabkan individu tersebut tidak sehat mental atau abnormal.

Para psikolog dan ahli kejiwaan dari masa ke masa tak henti-hentinya mengeksplorasi dan mencari tahu segala macam hal yang terlibat dalam perihal kondisi psikologis manusia melalui penelitian sehingga ilmu psikologi, termasuk mengenai emosi, kesehatan mental, dan gangguan mental dapat diperbaharui dengan bukti-bukti empiris terbaru, termasuk salah satunya adalah bagaimana metode self-therapy atau self-healing yang dapat dilakukan untuk menangani gangguan mental.

Baca juga  Expressive Writing Therapy, Seni Mengkaji Emosi Diri Melalui Tulisan

Penelitian telah banyak membuktikan bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk self-therapy adalah terapi Al-Quran. Salah satunya adalah hasil penelitian dari The Islamic Organization for Medical Sciences di Kuwait yang menyatakan bahwa orang-orang yang bahkan tidak mengerti Bahasa Arab mendapatkan efek terapi yang menenangkan saat mendengarkan lantunan ayat Alquran. Menurut Asisten Sekretaris Umum Islamic Organization for Medical Sciences, Dr. Ahmed Rajai Al-Jindi, penelitian tersebut dilakukan oleh peneliti sains medis, yaitu Dr. Ahmed Al-Qadhi yang mempresentasikan hasil dari penelitian tersebut dalam sebuah konferensi khusus yang diselenggarakan di Amerika Utara.

Dr. Al-Jindi mengungkapkan bahwa penelitian yang dilakukan Dr. Al-Qadhi membuktikan bahwa ada perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem saraf otak dari sampel pasien yang mendengarkan lantunan ayat Alquran. Perubahan fisiologis tersebut dipantau oleh sistem sangat canggih yang saat itu beroperasi di klinik yang berlokasi di Kota Panama.

Dr. Al-Jindi menunjukkan bahwa Dr. Al-Qadhi melakukan 120 eksperimen pada lima relawan laki-laki dan perempuan yang berbeda usia serta tidak mengerti Bahasa Arab. Eksperimen yang dilakukan melibatkan dua pengkondisian, yaitu dengan pelantunan ayat Al-Quran dan pembacaan teks Bahasa Arab biasa. Para subjek eksperimen tidak mampu membedakan antara yang mana bacaan Alquran dan yang mana teks Bahasa Arab biasa. Ketika Dr. Al-Qadhi mengujikan subjek eksperimen dengan memperdengarkan lantunan Alquran dan teks Bahasa Arab biasa, terdapat hasil yang sangat signifikan. Dr. Al-Qadhi membuktikan ada 97% efek positif pada subjek percobaan yang mendengarkan lantunan Ayat Alquran dibandingkan dengan hanya mendengarkan teks Bahasa Arab biasa.

Ada pula sebuah penelitian mengenai efek gelombang suara pada tubuh manusia yang dilakukan oleh Dr. Andri Abdurochman, S.Si., M.T., seorang dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran. Dr. Andri membandingkan suara bacaan Alquran (murottal) terhadap musik klasik dan musik terapi relaksasi untuk digunakan sebagai terapi penurunan stres.

Baca juga  Korban Tewas Pandemi India 10 Kali Lipat Lebih Tinggi dari Angka Resmi

“Suara bacaan Alquran memiliki tingkat relaksasi paling baik dibanding musik klasik atau musik relaksasi lainnya,” ungkap Dr. Andri.

Hal ini dibuktikan melalui penelitian tahun 2010 yang dilakukan Dr. Andri terhadap beberapa naracoba anak-anak dan remaja usia sekolah (SD, SMP, dan SMA) dari sebuah yayasan di Desa Caluncat, Kecamatan Cangkuang, Jawa Barat. Untuk beberapa waktu, anak-anak yang menjadi subjek penelitian diperdengarkan musik yang bisa meningkatkan stres. Dr. Andri juga melakukan perekaman otak subjek penelitian tersebut untuk mengetahui bagaimana frekuensi gelombang otak yang ditimbulkan dari musik pembangkit stres itu.

Kemudian para subjek penelitian diberikan terapi mendengarkan bacaan Alquran selama tiga bulan. Setelah tiga bulan, anak-anak tersebut diperdengarkan lagi musik yang dapat membangkitkan stres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tahan anak terhadap stres pada kesempatan kedua jauh lebih kuat daripada saat pemberian musik pembangkit stres pada kesempatan pertama jika dilihat dari rekaman gelombang otaknya.

Dr. Andri berkesimpulan bahwa anak yang sudah diperdengarkan suara bacaan Alquran akan jauh lebih tenang dan lebih tahan terhadap pemicu stres atau stressor. Lulusan program doktor di Universitas Strasbourg, Prancis ini mengungkapkan efek tersebut muncul karena relaksivitas yang dihasilkan akibat mendengarkan bacaan Alquran. Hal ini dikarenakan setiap sel dalam otak manusia memiliki frekuensi alamiah masing-masing. Pada saat otak diberikan stimulus berupa suara, jika spektrum frekuensi suara tersebut berbanding lurus dengan frekuensi natural sel, maka sel akan beresonansi. Dr. Andri juga menjelaskan bahwa ketika resonansi terjadi, sel menjadi aktif dan memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk memproduksi hormon, karena kelenjar itu akan aktif hanya pada kondisi tertentu, misalnya tidur. Pada saat mendengar bacaan Al-Quran, otak mengalami relaksasi yang baik sehingga seolah-olah tubuh sedang dalam keadaan tidur, di mana tidur merupakan sebuah aktivitas yang dapat berefek menurunkan stres. Pada kondisi tersebut, sel memberikan sinyal ke kelenjar di dalam tubuh untuk memproduksi hormon. Kondisi inilah yang dialami oleh seseorang saat melakukan terapi mendengar bacaan Alquran tersebut.

Baca juga  Apa Saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perjuangan Seseorang?

Inilah mengapa Al-Quran dapat disebut sebagai guardian bagi kesehatan mental seseorang. Selain memberikan efek terapi yang amat menenangkan dan menjadi self-healer, terapi dengan Alquran juga menjadi metode yang sangat efektif untuk menanggulangi cemas yang menjadi dasar dari semua abnormalitas dan psikopatologi, seperti depresi, bipolar, dan sebagainya. Rutin mendengarkan murottal atau lantunan Alquran secara tidak sadar juga dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih tenang dan masif dalam menghadapi stressor yang muncul. Oleh karena itu, alangkah teramat baiknya jika seseorang melakukan self-therapy dengan Al-Quran secara berkesinambungan.

Di samping ada banyak kebaikan dan keutamaan yang diperoleh saat seseorang membaca Alquran, Alquran pun juga berperan sebagai mental health guardian terbaik.

Editor : Renilda Pratiwi Yolandini

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru